Minggu, 24 Juni 2012

Tulisan tangan



Angker kah Malam Jum’at ?
Oleh
Firman El Nector

Sudah tidak asing lagi didengar bahwa malam jum’at adalah malam yang angker, penuh dengan setan yang bergentayangan dan bahkan menyeramkan. Hal ini tentu agak mengherankan karena kebanyakan yang beranggapan seperti itu adalah orang orang yang notabene nya beragama islam. Padahal seharusnya kita bersuka ria alias tidak takut pada malam tersebut karena jum’at pada hari esoknya merupakan hari raya rutin umat islam dimana para laki-laki diwajibkan ke masjid untuk melaksanakan satu kegiatan shalat berjamaah.
            Tidak ada yang tahu awal mula adanya perspective seperti ini, namun pendapat awal penulis adalah tidak lain karena pengaruh media per”film”an yang bergenre horror. Misalnya, Ratu Pantai Selatan, Pesugihan Keramat, Bangkit Dari Kubur dsb. Tayangan demi tayangan berderet dimunculkan sampai pada scenario seseorang memegang tengkuknya sambil mengatakan “kog bulu kuduk gue merinding nih, wahh pantas aja nih kan malam jum’at. Itu salah satu adegan yang ditayangkan dan masih ada satu lagi yaitu pada saat seorang dukun memberikan instruksi pesugihan kepada seseorang“ jika kamu ingin kaya, datanglah kemari dengan membawa sesajen dan lakukan ritual pada malam jum’at”.
Seringnya penggambaran negative malam jum’at muncul dengan berbanding lurusnya jumlah peminat dunia perfilman yang semakin membuat anggapan bahwa keangkeran malam jum’at juga terjadi di dunia nyata.  Padahal tiap hari sebenarnya adalah sama, biasanya hal itu terjadi karena anggapan umum masyarakat akan hubungannya dengan suatu peristiwa contoh misalnya di Negara eropa dikenal sebuah anggapan “eerie day” atau hari angker yaitu Friday 13 yaitu berhubungan dengan suatu peristiwa yang mengisahkan tentang konspirasi pembantaian besar besaran penganut sekte Red Rose –suatu aliran dalam dunia Kristen yang menyimpan manuskrip asli kisah hidup yesus beserta ajaran2nya dan bahkan diyakini bahwa manuskrip tersebut menceritakan kebohongan dunia Kristen saat sekarang karena sangat berbeda dengan yang terjadi dengan masa yesus. Aliran ini juga diceritakan memeras gereja dengan dalih manuskrip tersebut akan dibocorkan jika keinginan mereka tak dipenuhi. – oleh pihak gereja yang gerah karena aliran ini terus berkembang melebihi penganut Kristen yang ke gereja. Semua pengikut aliran ini dibakar hidup hidup di sebuah padang luas sambil meneriaki mereka dengan kata kata pengikut setan dsb.
Cerita di atas terjadi pada dunia barat dan sedikit banyak kita sudah bisa memaklumi mengapa mereka mengangkerkan malam jum’at. Namun, selain karena adanya peristiwa kelam juga diyakini karena adanya pihak yang ingin meberikan pandangan negative secara sengaja kepada hari tersebut. Seperti yang terdengar di telinga public barat bahwa Friday 13 adalah suatu hari yang angker akan tetapi sangat kurang yang mengetahui bahwa pada hari tersebut telah terjadi suatu pembantaian besar besaran.
Sekarang, mari kita bandingkan dengan apa yang terjadi di Indonesia. Jika kita kaitkan dengan fenomena malam jum’at. Tidak ada suatu peristiwa yang menjadi alasan untuk mengangkerkan malam jum’at. Namun, kenyataannya adalah sudah menjadi keyakinan khalayak umum bahwa malam tersebut merupakan malam keangkeran. Sungguh ironis memang jika setiap aktivitas yang seharusnya bisa terselesaikan justru mandek karena pandangan konyol seperti itu. Berbeda dengan dunia barat yang juga meyakini adanya hari angker tapi tidak terlalu ambil pusing akan hal itu. Penulis teringat dengan kata kata seorang teman bahwa “kita terlalu sibuk melihat dan menakuti hal yang tidak nyata yang seharusnya tidak untuk kita takutkan”.
Adanya suatu keyakinan timbul dari pemikiran yang bersumber dari bahasa yang sampai pada penerimanya. Contohnya adalah mungkin pada awalnya malam jum’at hanyalah hal biasa bagi khalayak umum akan tetapi seringnya media perfilman maupun pembicaraan dari mulut ke mulut membuatnya menjadi pandangan umum di setiap pemikiran orang banyak sehingga menjadi sebuah kesepakatan untuk meyakininya.
Kesimpulannya adalah hal gaib tetaplah ada namun bukanlah menjadi suatu hambatan untuk menjalankan suatu aktivitas keseharian yang seharusnya dapat kita lakukan. Sebagai mahluk yang berpikir, menelaah sesuatu perkara adalah suatu hal yang utama daripada langsung menerapkannya dalam suatu mind set kita. Jadi, telaah lah setiap peristiwa dan fenomena sehingga apa yang kita akan lakukan sudah mempunyai landasan dalam bertindak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar